Pengertian Archaebacteria Lengkap Dengan Ciri-Ciri, Klasifikasi dan Contohnya
Pengertian Archaebacteria Lengkap Dengan Ciri-Ciri, Klasifikasi dan Contohnya - Update artikel baru kali ini Mtpelajaran.com akan membahas tentang pengertian archaebacteria, ciri-ciri archaebacteria, klasifikasi/jenis archaebacteria, contoh archaebacteria. Bakteri pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Archaebacteria dan Eubacteria. Dalam sistem klasifikasi pada sistem enam kingdom, Archaeobacteria termasuk dalam satu kingdom tersendiri.
Archaeobacteria pertama kali diidentifikasikan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Istilah Archaeobacteria berasal dari bahasa yunani yang terdiri atas dua suku kata, yaitu “archaio” yang berarti kuno dan “bacteria” yang berarti bakteri. Jadi pengertian Archaeobacteria adalah spesies bakteri yang tergolong kuno, karena menempati lingkungan yang ekstrim dan lingkungan-lingkungan ekstrim semacam ini menyerupai habitat pada bumi purbakala (bumi kuno).
Archaeobacteria dapat hidup di tempat yang makhluk hidup lain tidak dapat ditemukan, seperti pada lingkungan yang hampir beku di Antartika atau sebaliknya dapat ditemukan pada sumber air panas dengan temperatur 92?C. Selain itu, Archaeobacteria juga dapat ditemukan pada tempat dengan kadar garam atau kadar asam yang sangat tinggi.
Ciri-ciri Archaebacteria secara umum adalah sebagai berikut:
- Struktur tubuh sederhana dan diduga sebagai makhluk yang pertama ada di dunia dan juga sebagai “nenek moyang” Eubacteria (bakteri yang sebenarnya).
- Sel bersifat uniseluler (bersel tunggal).
- Sel bersifat prokariotik (tidak memiliki membran inti).
- Lipida pada membran sel bercabang.
- Tidak memiliki mitokondria, RE (Retikulum Endoplasma), badan golgi dan lisosom.
- Habitat di lingkungan bersuhu tinggi, berkadar garam (salinitas) tinggi dan asam.
- Berukuran 0,1 µm sampai 15 µm dan beberapa ada yang berbentuk filamen dengan panjang 200 µm.
- Dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram (ada yang bersifat Gram positif dan Gram negatif).
- Dinding sel terdiri dari polisakarida dan protein bukan peptidoglikan.
- Membran plasma mengandung lipid berikatan ester.
- Asam nukleat Archaebacteria berupa RNA.
- Ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA polymerase.
- Sensitif terhadap toksin difteri.
- Reproduksi dengan cara pembelahan biner, pembentukan tunas dan fragmentasi.
- Hidup soliter (sendiri) atau berkelompok
- Tidak dapat membentuk spora
- Kebanyakan bersifat anaerob meskipun beberapa jenis bersifat aerobik, anaerobik obligat dan anaerobik fakultatif.
- Sel tidak mengandung klorofil
- Beberapa jenis memiliki flagela untuk bergerak.
- Bentuk sel bervariasi (bulat, batang, spiral atau persegi panjang), bentuk-bentuk yang berbeda ini menunjukkan perbedaan tipe metabolismenya.
Menurut para ahli, jenis-jenis Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim (termoasidofil). Berikut ini adalah penjelasan ketiga macam kelompok Archaebacteria tersebut beserta contohnya:
1. Metanogen
Metanogen (metanogenik) adalah kelompok Archaebacteria yang mereduksi karbondioksida (CO2) menjadi metana (CH4) dan air (H2O) menggunakan hidrogen (H2). Reaksi kimia tersebut adalah sebagai berikut:
4H2(g) + CO2(g) ? CH4(g) + 2H2O(l)
Metanogen merupakan mikroorganisme anaerob obligat, tidak membutuhkan oksigen karena baginya oksigen merupakan racun. Metanogen memiliki tempat hidup di lumpur dan rawa, tempat mikroorganisme lain menghabiskan semua oksigen. Contohnya adalah Methanococcus janascii. Akibatnya rawa akan mengeluarkan gas metana atau gas rawa.
Beberapa spesies lain yang termasuk kelompok metanogen hidup di lingkungan anaerob di dalam perut hewan ruminansia seperti sapi, rayap, dan herbivora lain yang mengandalkan makanan berselulosa. Metanogen berperan penting dalam nutrisi. Contoh Metanogen adalah Succinomonas amylolytica yang hidup di dalam pencernaan sapi dan merupakan pemecah amilum. Peran lain metanogen adalah sebagai pengurai, sehingga bisa dimanfaatkan dalam pengolahan kotoran hewan untuk memproduksi gas metana, yang merupakan bahan bakar alternatif.
2. Halofil Ekstrim
Halofil ekstrim (halofilik) adalah kelompok Archaebacteria yang hidup di tempat yang asin, seperti di Great Salt Lake (danau garam di Amerika) dan Laut Mati. Kata halofil berasal dari bahasa Yunani, halo yang berarti “garam”, dan phylos yang berarti “pencinta”. Beberapa spesies sekadar memiliki toleransi terhadap kadar garam, tetapi ada pula spesies lain yang memerlukan lingkungan yang sepuluh kali lebih asin dari air laut untuk dapat tumbuh.
Beberapa koloni halofil ekstrim membentuk suatu buih bewarna ungu dan ada juga yang bewarna merah intensif. Warna ungu disebabkan oleh pigmen bakteriorhodopsin sedangkan warna merah disebabkan oleh pigmen karotenoid. Bakteriorhodopsin dan karotenoid merupakan suatu pigmen yang menangkap energi cahaya. Contoh organisme halofilik adalah Genus Halobacterium dan Halococcus yang bersifat aerob, dan heterotrof.
Halobacterium dan Halococcus banyak ditemukan di tambak garam laut. Mereka dapat tumbuh optimum pada larutan NaCl (kadar garam) dalam rentang 3,5 sampai 5 molar atau sekitar 20 – 30 persen. Jika konsentrasi garam turun, sel Halobacterium dan Halococcus akan mengalami lisis sehingga rusak dan mati. Selain itu, mereka juga mampu memanfaatkan energi cahaya untuk metabolisme tubuhnya.
3. Termofil Ekstrim
Termofil ekstrim (termofilik) adalah kelompok organisme Archaebacteria yang hidup di lingkungan yang panas, optimum pada suhu 60- 80 C. Contohnya adalah Sulfolobus sp. yang hidup di mata air panas bersulfur di Yellowstone National Park (Amerika Serikat). Sulfolobus sp. hidup dengan mengoksidasi sulfur untuk memperoleh energi. Karena suka dengan panas dan asam, kelompok ini disebut juga termoasidofil.
Contoh lain organisme termofil ekstrim adalah Thermus aquaticus yang hidup pada air bersuhu 105 C di dekat lubang hidrotermal di laut dalam (kawah gunung api bawah laut). Termofil ekstrim merupakan kelompok Archaebacteria yang paling dekat dengan organisme eukariotik.
Baca juga:
Pengertian Eubacteria Lengkap Dengan Ciri-Ciri, Klasifikasi dan Contohnya
Demikianlah pembahasan tentang pengertian archaebacteria lengkap dengan ciri-ciri, klasifikasi/jenis dan contohnya yang bisa kalian pelajari. Semoga bermanfaat.
Archaeobacteria pertama kali diidentifikasikan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox. Istilah Archaeobacteria berasal dari bahasa yunani yang terdiri atas dua suku kata, yaitu “archaio” yang berarti kuno dan “bacteria” yang berarti bakteri. Jadi pengertian Archaeobacteria adalah spesies bakteri yang tergolong kuno, karena menempati lingkungan yang ekstrim dan lingkungan-lingkungan ekstrim semacam ini menyerupai habitat pada bumi purbakala (bumi kuno).
Archaeobacteria dapat hidup di tempat yang makhluk hidup lain tidak dapat ditemukan, seperti pada lingkungan yang hampir beku di Antartika atau sebaliknya dapat ditemukan pada sumber air panas dengan temperatur 92?C. Selain itu, Archaeobacteria juga dapat ditemukan pada tempat dengan kadar garam atau kadar asam yang sangat tinggi.
Ciri-Ciri Archaebacteria
Ciri-ciri Archaebacteria secara umum adalah sebagai berikut:
- Struktur tubuh sederhana dan diduga sebagai makhluk yang pertama ada di dunia dan juga sebagai “nenek moyang” Eubacteria (bakteri yang sebenarnya).
- Sel bersifat uniseluler (bersel tunggal).
- Sel bersifat prokariotik (tidak memiliki membran inti).
- Lipida pada membran sel bercabang.
- Tidak memiliki mitokondria, RE (Retikulum Endoplasma), badan golgi dan lisosom.
- Habitat di lingkungan bersuhu tinggi, berkadar garam (salinitas) tinggi dan asam.
- Berukuran 0,1 µm sampai 15 µm dan beberapa ada yang berbentuk filamen dengan panjang 200 µm.
- Dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram (ada yang bersifat Gram positif dan Gram negatif).
- Dinding sel terdiri dari polisakarida dan protein bukan peptidoglikan.
- Membran plasma mengandung lipid berikatan ester.
- Asam nukleat Archaebacteria berupa RNA.
- Ribosomnya mengandung beberapa jenis RNA polymerase.
- Sensitif terhadap toksin difteri.
- Reproduksi dengan cara pembelahan biner, pembentukan tunas dan fragmentasi.
- Hidup soliter (sendiri) atau berkelompok
- Tidak dapat membentuk spora
- Kebanyakan bersifat anaerob meskipun beberapa jenis bersifat aerobik, anaerobik obligat dan anaerobik fakultatif.
- Sel tidak mengandung klorofil
- Beberapa jenis memiliki flagela untuk bergerak.
- Bentuk sel bervariasi (bulat, batang, spiral atau persegi panjang), bentuk-bentuk yang berbeda ini menunjukkan perbedaan tipe metabolismenya.
Klasifikasi dan Contoh Archaebacteria
Menurut para ahli, jenis-jenis Archaebacteria dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu metanogen, halofil ekstrim, dan termofil ekstrim (termoasidofil). Berikut ini adalah penjelasan ketiga macam kelompok Archaebacteria tersebut beserta contohnya:
1. Metanogen
Metanogen (metanogenik) adalah kelompok Archaebacteria yang mereduksi karbondioksida (CO2) menjadi metana (CH4) dan air (H2O) menggunakan hidrogen (H2). Reaksi kimia tersebut adalah sebagai berikut:
4H2(g) + CO2(g) ? CH4(g) + 2H2O(l)
Metanogen merupakan mikroorganisme anaerob obligat, tidak membutuhkan oksigen karena baginya oksigen merupakan racun. Metanogen memiliki tempat hidup di lumpur dan rawa, tempat mikroorganisme lain menghabiskan semua oksigen. Contohnya adalah Methanococcus janascii. Akibatnya rawa akan mengeluarkan gas metana atau gas rawa.
Beberapa spesies lain yang termasuk kelompok metanogen hidup di lingkungan anaerob di dalam perut hewan ruminansia seperti sapi, rayap, dan herbivora lain yang mengandalkan makanan berselulosa. Metanogen berperan penting dalam nutrisi. Contoh Metanogen adalah Succinomonas amylolytica yang hidup di dalam pencernaan sapi dan merupakan pemecah amilum. Peran lain metanogen adalah sebagai pengurai, sehingga bisa dimanfaatkan dalam pengolahan kotoran hewan untuk memproduksi gas metana, yang merupakan bahan bakar alternatif.
2. Halofil Ekstrim
Halofil ekstrim (halofilik) adalah kelompok Archaebacteria yang hidup di tempat yang asin, seperti di Great Salt Lake (danau garam di Amerika) dan Laut Mati. Kata halofil berasal dari bahasa Yunani, halo yang berarti “garam”, dan phylos yang berarti “pencinta”. Beberapa spesies sekadar memiliki toleransi terhadap kadar garam, tetapi ada pula spesies lain yang memerlukan lingkungan yang sepuluh kali lebih asin dari air laut untuk dapat tumbuh.
Beberapa koloni halofil ekstrim membentuk suatu buih bewarna ungu dan ada juga yang bewarna merah intensif. Warna ungu disebabkan oleh pigmen bakteriorhodopsin sedangkan warna merah disebabkan oleh pigmen karotenoid. Bakteriorhodopsin dan karotenoid merupakan suatu pigmen yang menangkap energi cahaya. Contoh organisme halofilik adalah Genus Halobacterium dan Halococcus yang bersifat aerob, dan heterotrof.
Halobacterium dan Halococcus banyak ditemukan di tambak garam laut. Mereka dapat tumbuh optimum pada larutan NaCl (kadar garam) dalam rentang 3,5 sampai 5 molar atau sekitar 20 – 30 persen. Jika konsentrasi garam turun, sel Halobacterium dan Halococcus akan mengalami lisis sehingga rusak dan mati. Selain itu, mereka juga mampu memanfaatkan energi cahaya untuk metabolisme tubuhnya.
3. Termofil Ekstrim
Termofil ekstrim (termofilik) adalah kelompok organisme Archaebacteria yang hidup di lingkungan yang panas, optimum pada suhu 60- 80 C. Contohnya adalah Sulfolobus sp. yang hidup di mata air panas bersulfur di Yellowstone National Park (Amerika Serikat). Sulfolobus sp. hidup dengan mengoksidasi sulfur untuk memperoleh energi. Karena suka dengan panas dan asam, kelompok ini disebut juga termoasidofil.
Contoh lain organisme termofil ekstrim adalah Thermus aquaticus yang hidup pada air bersuhu 105 C di dekat lubang hidrotermal di laut dalam (kawah gunung api bawah laut). Termofil ekstrim merupakan kelompok Archaebacteria yang paling dekat dengan organisme eukariotik.
Baca juga:
Pengertian Eubacteria Lengkap Dengan Ciri-Ciri, Klasifikasi dan Contohnya
Demikianlah pembahasan tentang pengertian archaebacteria lengkap dengan ciri-ciri, klasifikasi/jenis dan contohnya yang bisa kalian pelajari. Semoga bermanfaat.